Dalam rumusan matematis dan rasionalis, tidak ada awan yang menyesal hanya sekejap menyerap uap air dan menjadikannya hujan. Tak memiliki, hanya menjadi formulasi. Tapi sudahlah, awan tidak akan menjadikan tugasnya menjadi berat hanya karena kita tidak memikirkannya.
Awan berarak dengan tujuan. Seperti hujan dengan segala kekuatannya berjumpa dengan tanah yang dirindukan. Awan, hujan, dan petrichor adalah senyawa yang tidak akan menepis tahta masing-masing. Jadi tidak ada alasan untuk mereka saling meniadakan.
Hati, cinta, dan air mata. Kasta-nya tidak jauh berbeda dengan awan, hujan, dan petrichor. Petrichor menjadi keniscayaan karena hujan. Dan air mata mutlak adanya oleh cinta. Sama seperti air mata, petrichor hanya akan seharum kasturi yang menyusur rongga hidung menuju hati. Jua air mata tak pelak mewakili gundah hati.
Sepekat apapun air mata, dia tidak akan mampu menghianati cinta. Karena cinta tak akan mampu berdusta pada hati. Sayang, petrichor tidak akan meniadakan hujan. Karena dia tidak akan tercium tanpa rintiknya. Sayang, menunduklah. Hirup wanginya yang kau rindukan di penghujung kemarau ini. Jangan khawatir dengan tetesan air matamu. Karena air matamu tidak akan menyesal membaur bersama petrichor dan cinta yang nyaris mengerak di hati. Hujan dan petrichor tidak akan meniadakan, seperti cinta dan air mata kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar